Jangan Mudah Terkejut dan Jangan Mudah Takjub akan segala sesuatu

Maha Suci Engkau ya Allah, tidaklah kami ketahui sesuatu kecuali yang sudah Engkau beritahu pad kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
___________________________________________________________Be-SWN

Gundul - Gundul Pacul

Adalagi lagu “dolanan” yang menarik untuk dibedah makna yang tersirat didalamnya, yaitu lagu “Gundul-gundul pacul”. Mungkin bagi anda yang bukan berasal dari jawa lagu ini agak terasa asing, tetapi bagi yang asli Jawa, lagu ini sangat digemari terutama pada waktu kita  masih kecil. 

Konon lagu ini pun merupakan warisan dari para Wali Songo yang dilantunkan untuk anak-anak ketika dolanan. Sangat sederhana, tapi mengandung makna yang dalam. Terkesan tidak menggurui tetapi mengena di hati. Berikut lirik lagu yang dapat saya tulis :

Gundul gundul pacul cul gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul kul gelelengan
          Wakul ngglimpang segane dadi dak ratan
          Wakul ngglimpang segane dadi sak latar 

dengan translate
Gundul pacul = seorang anak kecil yang belum memahami apa – apa dan belum dapat berfikir dengan jernih.
Gembelengan  = tidak tahu aturan, cengengesan
Nyunggi wakul = memikul tempat nasi (wakul)
Gelelengan  = urakan, sembarangan, semaunya sendiri
Nglimpang = Jatuh
Segane = nasi
Dak ratan = amburadul kemana - mana
Sak latar  = luasnya sehalaman

Mari kita bedah…
Apabila kita (walaupun setengah umur) belum dapat memahami siapa DIRI ini, apa tugas dan tujuan hidup ini, belum dapat berfikir dengan jernih dan bagaimana menjalani hidup, maka layak bagi kita jika disebut “Gundul-gundul pacul” yang perbuatannya pasti dan pasti “gembelengan” semaunya sendiri, mudah mengeluh, mempermainkan norma dan mudah di bodohi.

Ketika kita diberi apalagi meminta tugas (tanggung jawab) ibaratnya “nyunggi wakul” dengan posisi kita yang masih seperti “gundul-gundul pacul” maka dapat dipastikan akan “gelelengan”. Kalau sudah begitu bagaimana dengan tugas itu ?  cepat atau lambat bisa dipastikan akan “glimpang”. Entah tidak terlaksana atau berhenti ditengah jalan.

Susahnya lagi kalau tugas itu menyangkut banyak orang ibarat kumpulan nasi dalam “wakul”.  Aduhh…. Nasinya (orangnya) bisa amburadul kemana – mana, seluas wilayah tanggung jawabnya. Hidup jadi tidak menentu dan hancur.

Nah sebelum menilai orang lain bahkan menilai sang pemimpin, masih kah kita menjadi “gundul – gundul pacul” atau tidak? Jika masih, kapankah menjadi manusia yang berjatiDIRI ?



Salam, Be-SWN

Yang terkait 
- Lir - Ilir
- Jaran Teji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar