SWN : “Mendengar kabar datangnya sang buah hati (saya) walau masih dalam kandungan, mereka (orang tua atau lingkungan) begitu gembira, kabar itu bagai kilau EMAS permata yang tanpa pamrih MELENGKAPI kebahagiaan… KeEGOisan saya yang menutupi hal itu menjadi hilang dan beralih”.
Untuk mengenal siapa sebenarnya DIRI ini, kita mencoba memulai dengan mengenal asal – usul DIRI. Bagaimanakah kita mengenal asal – usul DIRI ?, dalam agama ISLAM dijelaskan dengan kondisi atau situasi yang berada didalam alam kandungan. Akan tetapi susah sekali bahkan tidak bisa difahami jika kita berbicara “sesuatu” yang berada di alam kandungan. Maka mari kita coba “baca” yang dapat kita tangkap dengan 5 indra kita.
Difahami atau tidak, dihayati atau tidak, dirasakan atau tidak, ketika ada kabar datangnya pribadi baru (kabar kehamilan), ada rasa bahagia yang sangat dalam terutama bagi orang tuanya (jika orang tua merasa terbebani, masih ada yang sangat bahagia, entah itu pribadi yang lain atau mahluk (bisa alam atau lingkungan) yang lain). Kabar itu bagai kilauan Emas permata yang menyinari, bagai air yang menyirami yang MELENGKAPI kebahagiaan. Karena suatu harapan, suatu impian dan angan angan, bagaimana kehidupan ini menjadi lebih baik yang diteruskan oleh sang calon anak.
Maka DIRI, sebenarnya dicipta itu untuk memberi atau MELENGKAPI sesuatu yang kosong, sesuatu yang berbeda dari DIRI yang lain agar menjadi soket saling mengisi, memberi dan menerima. DIRI bagai Emas permata yang tanpa disuruh, tanpa diminta dan tanpa diberi rangsangan – rangsangan agar berkilauan memancarkan cahaya. Yaitu Cahaya – cahaya kebahagiaan, cahaya kesejahteraan dan cahaya kemuliaan.
Akan tetapi dikarenakan hal itu (DIRI) tertutup oleh EGOistis, oleh nafsu, dan perasaan mengakibatkan kilauan tersebut terhalangi. Manusia yang seharusnya bertugas MELENGKAPI kebahagiaan malah menjadi menghalangi dan memporak porandakan kebahagiaan. Akan tetapi untuk mengetahui apakah pribadi itu merusak atau mendidik atau bahkan MELENGKAPI kebahagiaan, tidak dapat langsung divonis begitu saja, kecuali jika pribadi ini juga tidak mengerti dan tidak memahami tentang DIRI. Maka sangatlah pantas jikalau pribadi ini yang mudah memvonis pribadi yang lain disebut pribadi yang tak tahu DIRI.
Salam, Be-SWN
Untuk mengenal siapa sebenarnya DIRI ini, kita mencoba memulai dengan mengenal asal – usul DIRI. Bagaimanakah kita mengenal asal – usul DIRI ?, dalam agama ISLAM dijelaskan dengan kondisi atau situasi yang berada didalam alam kandungan. Akan tetapi susah sekali bahkan tidak bisa difahami jika kita berbicara “sesuatu” yang berada di alam kandungan. Maka mari kita coba “baca” yang dapat kita tangkap dengan 5 indra kita.
Difahami atau tidak, dihayati atau tidak, dirasakan atau tidak, ketika ada kabar datangnya pribadi baru (kabar kehamilan), ada rasa bahagia yang sangat dalam terutama bagi orang tuanya (jika orang tua merasa terbebani, masih ada yang sangat bahagia, entah itu pribadi yang lain atau mahluk (bisa alam atau lingkungan) yang lain). Kabar itu bagai kilauan Emas permata yang menyinari, bagai air yang menyirami yang MELENGKAPI kebahagiaan. Karena suatu harapan, suatu impian dan angan angan, bagaimana kehidupan ini menjadi lebih baik yang diteruskan oleh sang calon anak.
Maka DIRI, sebenarnya dicipta itu untuk memberi atau MELENGKAPI sesuatu yang kosong, sesuatu yang berbeda dari DIRI yang lain agar menjadi soket saling mengisi, memberi dan menerima. DIRI bagai Emas permata yang tanpa disuruh, tanpa diminta dan tanpa diberi rangsangan – rangsangan agar berkilauan memancarkan cahaya. Yaitu Cahaya – cahaya kebahagiaan, cahaya kesejahteraan dan cahaya kemuliaan.
Akan tetapi dikarenakan hal itu (DIRI) tertutup oleh EGOistis, oleh nafsu, dan perasaan mengakibatkan kilauan tersebut terhalangi. Manusia yang seharusnya bertugas MELENGKAPI kebahagiaan malah menjadi menghalangi dan memporak porandakan kebahagiaan. Akan tetapi untuk mengetahui apakah pribadi itu merusak atau mendidik atau bahkan MELENGKAPI kebahagiaan, tidak dapat langsung divonis begitu saja, kecuali jika pribadi ini juga tidak mengerti dan tidak memahami tentang DIRI. Maka sangatlah pantas jikalau pribadi ini yang mudah memvonis pribadi yang lain disebut pribadi yang tak tahu DIRI.
Salam, Be-SWN
Edit Ulang
Berikutnya : Pembelokan PelayananSebelumnya : Siapa Sebenarnya DIRI ini ?
Sing Waras Ngalahi
Bismillahi rohmani rohiimi
Kontens SMS SWN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar